Posts

Showing posts from April, 2017

Kenapa Perlu Banget Kuliah di Luar Negeri? (1): When the world is no longer scary

Image
Kalau moto Asma Nadia adalah satu buku sebelum mati, maka mantra "minimal study abroad sekali seumur hidup!" mesti banget jadi moto pemburu ilmu. Apapun bentuknya! Kuliah reguler S1, master, PhD, post doktora, internship, pelatihan, student exchange, dll. Intinya, keluar negeri dengan tujuan belajar, bukan semata jalan-jalan. Mmh.. Minimal 2-3 bulan gitu lah ya, nggak harus lama-lama. Asal cukup untuk mempelajari seluk-beluk kehidupan mereka, melihat budaya dan kebiasaan, kehidupan sosial dan perilaku masyarakat, to learn what's right and wrongs menurut norma yang ada, untuk belajar berempati dan saling menghargai, saling terbuka aka open minded, bertemu dengan muslim dari negara lain, kawan dan saudara baru, networking, dst. Plis, alasannya standar banget deh, Er πŸ˜‘. Neyse ya.. sejuta satu alasan (yang lebih keren) bisa kamu buat sendiri kalau mau. Hehe. Tapi berhubung ini tulisan saya, dan terserah saya, jadi bahasan kali ini juga akan dibuat semau saya. Hihi. Well..

Mohon Bersabar Ini Ujian

. . . . Belum ada postingan baru lagi nih. Hiks. Banyak banget sebenernya yang pengen ditulis. Tapi.. tapi tapi tapi.. masih sibuk nge-draft tesis! Heu. πŸ˜΅πŸ˜‚ Mohon jangan bosan doakan saya ya wahai sholih/ah. Biar cepet kembali ke rumah yang hampir... berlaba-laba ini *lirik kiri kanan, tiup2in debu* Inshaallah kalau minggu depan draftnya selesai, saya balas dendam deh posting tulisan seminggu penuh, hehe. Sekian. Pamit semedi lagi. Daaahh..! -- p.s: yang masih suka nanya2 tentang adat nikahan Turki, pria/ wanita Turki, cara pedekate sama orang Turki; semuanya sudah saya rangkum dalam buku #SERBASERBITURKI alias #SST ya dear. Silakan dicari di toko buku terdekat. *ujung2nya promosi πŸ™ˆπŸ˜‚

Satu Kata Tentang Orang Turki: 'tukang maksa!'

"Al !" (ambil !) Gadis bermata bulat besar yang tadi duduk di seberang ruangan menyodorkan mangkuk berisi potongan apel. Saya menggeleng pelan, melambaikan tangan ringan. "Tidak usah, terima kasih." "Al.. !" (ambillah.. !) katanya lagi, mengayunkan mangkuk lebih dekat. "Lutfen.." (please..) Ih ini orang, nggak kenal aja maksa-maksa. Gimana kalau kenal? . Hari berikutnya dia akan datang menawarkan jeruk atau pir. Kali selanjutnya, biskuit, chips, coklat, manisan, kacang-kacangan khas Turki, apapun! Saya sampai heran dibuatnya. "Gunah ama ya.." (dosa loh [kalau nggak diambil]) desaknya suatu sore ketika saya menolak biskuit karena lagi kenyang banget habis makan. "Bir tane alΔ±n sonra yiyin." (ambil satu aja, makannya nanti gapapa). Duh Gusti.. Apa daya? Daripada dia merengek terus dan nanti saya dosa beneran mending ikutin maunya aja deh. Ambil dulu, makannya nanti entah kapan. Hampir empat tahun di Turki dan