Posts

Showing posts from October, 2015

Cuma "Bungkus"

Image
Waktu kecil, pernah beli pensil atau bolpen yang ada hiasan di bagian tutupnya? Bentuknya beragam, lucu warna-warni. Sering juga berbentuk mirip tokoh kartun tertentu seperti dragon ball , sakura , sailormoon atau bahkan keropi dan pikachu . Berebut tutup pulpen dengan teman sampai berantem hebat. Mutung berhari-hari. Setelah dapat yang diinginkan (anggaplah hiasan paling bagus dan diperebutkan) begitu mau dipakai untuk nulis, ternyata bolpennnya macet. Tulisannya keputus-putus kaya cat putih di jalan aspal. Atau lebih ekstrim lagi, tintanya habis. Lagi ujian bahasa Indonesia, waktunya mepet, butuh mengarang dengan pulpen, bolpennya cuma satu dan begitu digores di kertas.. "Ini kenapa si? Kok gak bisa dipake? Aduh..dududuuh..." Hiasan boleh keren, tapi kalau tintanya habis? Jadi nggak berguna, kan? Bagus, tapi tidak bermanfaat sedikit pun, buat apa?? Itulah. Saking terlalu fokus pada keindahan luar beserta turunannya, sampai lupa meneliti FUNGSI DASAR barang. Kegunaa

Ini Hijab Pertamaku, Kamu? (5): Jubah Malu

Entah ide siapa. Kegiatan pemantapan materi UN tiba-tiba diselingi khutbah tengah hari. Sedikit sharing motivasi belajar dari kakak-kakak kalian di ITB, ujar kepala sekolah dalam apel tadi pagi. Aku melipat dahi. Ismina tersenyum kembang. Bangga mendengar nama almamater impiannya, impianku juga, disebut-sebut. Pengen banget deh dapat mentoring dari alumni yang masuk ITB, ceracaunya asal saat jam istirahat kemarin siang. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Hadiah besar untuk anak rohis yang satu ini. Aku yakin, ocehannya kemarin bukan tanpa sengaja. Tapi lebih kepada promosi awalan untukku. Petinggi rohis macam Ismi, sangat mustahil tidak tahu tentang rencana pihak sekolah mendatangkan orang-orang jenius dari Salman ITB. Pasti dia termasuk salah satu panitianya juga. Tapi tak apalah. Berpura-pura polos terkadang ada baiknya. Sebagai bentuk terima kasih atas kesabarannnya mengingatkanku dari jalan menyimpang lika-liku kehidupan SMA, kalau tidak boleh dibilang jahil. Lagipula, rasanya hanya

Sanliurfa, The Land of Prophets

Image
Salam Bolang teman-teman ;) ! Kali ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang perjalanan ke Sanliurfa. Yup! Ini kisah lanjutan dari jelajah tiga perempat wilayah Turki musim dingin yang lalu. Bagian pertama bisa dibaca disini . Peta wilayah Turki Şanlıurfa. Layaknya Surabaya yang disusun dari dua kata, Suro (hiu sura) dan Boyo (buaya), Sanliurfa juga demikian. Berasal dari gabungan kata Şanlı dan Urfa. Sebenarnya, dulu sekali sebelum tahun 1984, kota ini hanya bernama Urfa. Akan tetapi, berkat keberhasilan penduduk mengusir penjajah Prancis pada perang kemerdekaan, maka gelar Şanlı (yang berarti 'gemilang') disematkan di depannya. Meski terbilang lama, namun sampai sekarang orang-orang Turki masih suka menyebut kota mulia ini dengan 'Urfa' saja. Nah, jadi kalau suatu hari berkesempatan wisata kesini, gak usah bingung ya, Sob. Şanlıurfa dan Urfa, sama aja. Untuk pengetahuan, di Turki ini ada tiga kota yang mendapat gelar kehormatan atas prestasi heroikny

Cie.

Di dunia yang semakin alay lebay dan tak tentu arah ini, ada satu makhluk yang sangat saya benci. Apa itu? Sebut saja namanya 'Cie'. Berhubung dia bukan ciptaan Tuhan, maka tak apalah jika kita membuangnya bersama-sama kalau tak suka. Aneh. Doi ini nggak nampak secara fisik. Tidak bisa disentuh apalagi diraba. Tapi dia selalu hadir di sela-sela kehidupan kita. Merongrong, ngerecokin hidup orang, ngomporin, bikin galau, mengikis nafsu makan, nyebelin pake banget pokoknya !!! Dan yang paling penting adalah, begitu namanya disebut  "Cieeee... !" sekali aja, maka rusaklah hati sebelanga .   Jadi, sudah ngeh siapa Cie yang saya maksud? Jangan bilang kalau kamu juga salah satu diantara ibu atau bapaknya -_-".     

Wanita Turki

Assalamu'alaykum sahabat OLers.. ^^ Menyambung tulisan terakhir di blog, biar adil, pada postingan kali ini saya rangkumkan juga karakter umum perempuan Turki. Kira-kira sesuai sama ekspektasi kamu nggak ya? Yuk, coba cek satu-satu ! Wanita Turki itu: 1. Punya tinggi badan rata-rata 161 cm dengan berat 66.9 kg. Ingat ya, ini rata-rata. Yang lebih pendek ada, lebih tinggi apa lagi. Teman kamar saya misalnya, menjulang sendiri 178 cm. Gak perlu repot manggil tukang untuk ganti lampu kan #eh. 2. Ukuran kakinya sedang, dengan sepatu bernomor 38. Pakaian standar nomor 40.  Standarnya aja segini. Pantesan saya agak kesulitan cari baju disini. Hiks. 3. Umumnya menikah pada usia 23,6 tahun. Uwaaw. Perempuan disini (dari beberapa teman -sebagian, bukan semua- yang pernah saya tanya) rata-rata berorientasi menikah setelah lulus pendidikan S1. Manis sekali kan? 4. Biasanya melahirkan di usia 28. Kalau info spesifik ini, jujur saya pun baru tahu. Jarang merhatiin dan nanya masalah

Lelaki Turki

Duh, saya berasa tetiba jadi agen nih. Bedanya sama agen beneran, agen Erna nggak (belum) nerima bayaran #eh. Agak aneh sih posting info beginian, secara bukan pasyen eike. Hehe. Tapi gapapa. Demi mengurangi daftar panjang di traffic sources Ocean of Life (OL) apapun akan saya lakukan #loh. Buat para pencari info 'pria Turki', mudah-mudahan tulisan yang dirangkum dari sebuah video (situs asli dalam bahasa Turki) ini cukup mewakili ya. Berikut 10 ciri umum laki-laki di negeri Usmani: 1. Memiliki tinggi badan rata-rata 172 cm dengan berat 75,8 kg. 2. Ukuran sepatu 42. Disini memang agak jarang sih liat sepatu cowok yang ukurannya mini mini kiyut gitu #sok nginget-inget. 3. Tinggi badan terpendek (gimana nih ya maksudnya :v) umumnya berasal dari wilayah Trabzon, 168 cm. Jadi inget suaminya temen yang kebetulan orang Trabzon. Jadi ini toh alasannya orang sana tergolong 'pendek-pendek'. Syukuri aja sob.. yakin deh cinta doi ke kamu jauh lebih tinggi dari badannya

Balada Asap (1): UJANG‬ DAN MAJIKAN

  “Ujaaaaangggg…!!!” Tukang kebun itu meletakkan sapu lidinya cepat. Melempar ranting terakhir ke dalam gunungan daun basah yang enggan terbakar. Dalam hitungan detik ia terbirit menuju sumber suara. Meninggalkan kepulan putih kehitaman yang semakin menebal di halaman belakang.  “Iya. Ada apa, Tuan?” tanyanya polos. Menyilang kedua tangan diantara paha kurus terbalut sarung biru kotak-kotak. Tidak terusik dengan wajah merah darah sang majikan.  “Kamu tahu ini jam berapa?” gertak si tuan, galak. Ujang terpaku sesaat lalu mendongakkan kepala ke kiri, berjinjit. Meneleng jam dinding besar di belakang pria yang menanyainya.  “Masih jam 7 pagi, Tuan.” Angguknya mantap. Menyeringai pelan. Membuat si bapak gemas ingin menelannya bulat-bulat.  “Kamu ini, harus berapa kali saya bilang? Jangan bakar sampah seenaknya pagi-pagi! Bau! Bikin sesak. Kalau saya mati karena gak bisa napas, siapa yang tanggung jawab?” “Bukan saya, Tuan.” Sahutnya singkat. Majikan mende