Posts

Showing posts from July, 2015

Klakson

Kujejalkan ponsel ke saku terdepan tas. Bosan juga lama-lama. Lelah. Biarlah aku menikmati sisa perjalanan ini. Lampu-lampu temaram sepanjang jalan tertegun sendu diantara sepoi musim panas. Suara decitan ban yang di rem, klakson yang sesekali bersahutan, nada mesin pemindai kartu penumpang, hentakan sepatu hak tinggi gadis berambut pirang.. Ah, sungguh harmoni malam yang terlalu indah untuk dilewatkan. Kini mobil yang kutumpangi menikung perlahan di belokan. Kilauan sinar kuning menyorot tajam dari arah sebalikan. Bis besar lain rupanya sedang menunggu di seberang, memastikan keduanya bisa berbagi ruang membelah jalanan malam. Pak supir membunyikan klakson sekali, tanda sapaan yang disambut dengan bunyi klakson dari bis lainnya. Halo, selamat bertugas ! Hai, semangat bertugas juga untukmu ! begitu mungkin kiranya pesan yang ingin mereka sampaikan. Mereka memacu gas lebih kencang sekarang. Saling menghilangkan satu sama lain menuju hening malam. Tapi senyum itu, masih saja tergurat

Ramadhan di Turki (4): Happy Eid 1436 ^^,

Image
Eh, hari ini lebaran ya? Tidak terasa, 29  hari sudah kita berpuasa. Ramadhan tahun ini cepat sekali rasanya. Wussh .. kilat bak angin kinton. Awalnya saya kira menjalani shaum di Turki akan sangat sulit untuk dijalani. Apalagi mengingat ramadhan tahun ini bertepatan dengan musim panas lengkap dengan teriknya yang luar biasa. Setiap hari setidaknya 17 jam kami harus menahan dahaga. Tidak mudah, tapi biidznillah, semuanya lancar sampai akhir, Alhamdulillah. Si kecil Iffah, Fatih dan Wafi yang masih SD saja sanggup berpuasa sebulan penuh, masa iya saya enggak? Ber-Hari Raya di Turki, seperti pernah saya ulas di tulisan Iyi Bayramlar , tidaklah sesemarak suasana lebaran di tanah air. Terlalu hambar disini. Beruntung kami masih punya cukup banyak kerabat Indonesia yang tinggal di Izmir, seperti keluarga Mas Agustin misalnya. Selepas tunai shalat Ied di mesjid-mesjid terdekat kami berkumpul di rumah beliau. Open House kecil-kecilan hari pertama Idul Fitri ceritanya. Menu lontong sate

Ramadhan di Turki (3): Kadir Gecesi (Malam Lailatul Qadr) Pasti Dapat!

Image
Semenjak Ramadhan memasuki sepuluh malam terakhir, saya sengaja membatasi diri untuk tidak banyak beraktivitas diluar asrama. Terutama di malam-malam ganjil. Ya, apalagi kalau bukan demi tamu agung bernama Lailatul Qadar. Teteh mau semedi , begitu slogan favorit yang kerap saya lontarkan sebagai penolakan halus atas ketidakhadiran xD. Malam ke-27 Ramadhan. Malam yang diriwayatkan dalam hadits paling banyak terjadi Lailatul Qadar, tapi tidak selalu (karena Rasul saw juga pernah mengalami LQ di malam-malam ganjil yang lain). Itulah kenapa kita ditekankan untuk mencari malam LQ di sepuluh hari terakhir, karena kita tidak tahu kapan ia akan datang.   Nah uniknya di Turki, malam Lailatul Qadar ternyata sudah ditentukan kawan-kawan. Kapankah itu? Yap, malam ke-27 Ramadhan. Hehe, menarik bukan? Biasanya, setelah iftar di yemekhane saya langsung membenamkan diri di mesjid asrama. Malas naik turun tangga hingga lantai lima. Belum lagi kalau sudah sampai kamar biasanya malah sibuk deng

Lelaki itu: Cantik, Tolong Turunkan Kakinya

Kulirik jam tangan motif bunga berwarna. Sudah hampir dua puluh menit, tapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung jua. Hari ini kami akan ke pasar Cankaya, membeli beberapa kebutuhan yang sempat tertunda saking sibuknya mempersiapkan ujian akhir. Hufft , ujian penentu hidup dan mati.   Diantara kegalauan bingung-mau-nunggu-sambil-ngapain, aku teringat pada si mungil hitam di dalam tas. Untung tadi inget bawa qur'an . Lumayan.. daripada mantengin HP yang hampir sekarat batre nya. Obat mati gaya yang inshaaAllah kaya pahala, hehe. Di tengah kekhusyu'an ngapal ayat yang terbata-terbata, seorang lelaki paruh baya kerap memperhatikanku. Mungkin aneh melihat perempuan membaca buku sambil komat kamit. Berulang kali memandang langit-langit metro dan buku hitamnya bergantian. Atau sesekali memejamkan matanya, tetap sambil berkomat-kamit. Ini si mba lagi ngapain sih? Baca mantra apa gerangan? Begitu mungkin gelagatnya menunjukkan. Aku mengangguk dengan sebaris senyum tipis, tanda menyapa