Posts

Showing posts from June, 2015

Ramadhan di Turki (2): Tarawih

Kurasa ini adalah satu-satunya mesjid terbesar di daerah Bornova. Yang lokasinya paling dekat dengan rumah Mas Agus dan tentu saja dekat juga dengan asrama kami. Mesjid berlantai tiga dengan cat dominan biru ini dibangun dengan gaya Selcuk; atap mesjid berbentuk kotak dengan sedikit atau tanpa kubah. Demi merasakan sensasi tarawih di Turki, aku dan si kembar-ketemu-besar (Nae-Hida) memutuskan untuk menginap di rumah keluarga Mas Agus. Lebih aman kalau-kalau pulang tarawih terlalu malam. Lumayan, bisa sekaligus ikut sahur gratis ala Indonesia juga, hihi.   Kumandang adzan Isya sudah berlalu sejak sepuluh menit yang lalu. Sementara Iffah, putri sulung Mas Agus, masih berkutat dengan sandalnya. Bingung memilih antara sandal warna putih atau coklat yang sama-sama tampak kekecilan di kakinya. Hida menunggu di bagian bawah tangga sementara aku terpingkal geli berusaha menenangkan Mba Silvi yang mengomeli Iffah dengan sandalnya. Untunglah pilihan segera jatuh pada sandal coklat milik F

Ramadhan di Turki

Ahlan wa sahlan Ramadhan.. ^_^ Alhamdulillah, masih diberikan nikmat bertemu Ramadhan tahun ini. Mudah-mudahan semangat tidak berkurang meski tahun ini terpisah jauh di rantau, aamiin yra. Tapi mau nangis dulu deh. Hiks. Akhirnya harus ngalamin juga Ramadhan di negri orang .. Padahal dari dulu amat sangat berusaha menghindari ikutan shaum ramadhan di Turki. Bukan apa-apa, gak tahan jauh dari keluarga *lebay. Tahun kemarin saking gak maunya lebaran dan puasa disini, beli tiket pun dari jauh-jauh hari. Gak tanggung-tanggung, H-6 bulan tiket sudah di tangan. Segitunya Er.. Ramadhan di tanah air (re: Indonesia. Dan cuma Indonesia) memang gak ada duanya deh. Sahur oke, meski gak jarang harus keluar subuh buta semasa di kosan. Waktunya berbuka lebih oke lagi, apalagi kalau inget iftor gartisan di mesjid Alhurr IPB, hehe. Tapi ya sudahlah. "Gak apa-apa Bu.. itung-itung cari pengalaman" kalau komentar Alfa di status FB saya beberapa hari lalu. Mungkin ada benarnya jug

Yakin Kalau Kamu Peduli?

Aku memutuskan untuk menutup laptop dan beranjak tidur ketika sebuah postingan di laman FB menarik perhatianku. Disana tampak seorang kakek tua dalam balutan kostum tokoh kartun binatang. Kostum berwarna merah yang tidak bisa lagi dibilang merah. Sudah luntur dan usang. Menurut keterangan di bawah gambar, sang kakek telah berusia 60 tahun. Telah hampir dua tahun menderita stroke. Kuperhatikan lagi baik-baik gambar itu. Tangan kanan sang kakek memang sepertinya mengalami gangguan. Dan dengan kondisi seperti itulah ia kerap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk  menyambung hidup. Hal pertama yang kupikirkan saat melihat foto adalah 'itu pasti kostum gak tipis, kakek itu gak kepanasan kah?'. Jawabannya sudah jelas kan, Er? Saat kau butuh menyambung hidup, masih penting kah pertanyaan panas atau tidak? Hal kedua yang membuatku penasaran adalah 'kakek ini punya anak atau sanak saudara gak ya?'. Dan pertanyaan ini pun terjawab setelah aku meng-klik keterangan di bawah ga

Cepet Sembuh, Mr. 'Sok Cool'

Pukul 09.14 waktu Turki. Aku menerawang langit-langit kamar asrama sejenak. Menghitung. Berarti sekitar pukul satu siang di Indonesia. Sepertinya ini masih dalam jam kunjungan rumah sakit Immanuel. Jam 11-14 kalau tidak salah ingat. Baiklah. Setelah mengetik kode negara, kumasukkan sebelas digit angka lainnya di papan nomor Hp. Sesaat kemudian tertera nama adik perempuanku di layar. Ya, aku lebih suka mengetik antrian nomor panjang itu ketimbang mencari-cari dalam daftar kontak. Bagiku 'mencari' jauh lebih merepotkan. Di samping memang karena aku sangat suka mengingat angka, jika diperlukan. Hava, teman asrama dari Ghana, bahkan sempat terkaget-kaget mendapatiku mengingat no rekening akun bank temannya saat aku membantunya mentransfer uang pada suatu sore. Sesuatu, karena aku hanya baru melihat no rekening itu sekali. "Assalamu'alaykum..?" sapa suara di seberang sana. Suaranya ringkih, lemah. Ah, tentu saja. Berhari-hari kurang tidur dan makan seadanya, kondi

Ini Hijab Pertamaku, Kamu? (3): Jilbab Kenangan

Sebentar lagi angkot yang kutumpangi akan berhenti di depan gang rumah. Tapi aneh sekali, baru semenit saja rasanya sudah berpuluh-puluh jam. Aku mulai tidak betah duduk disini. Bukan karena jatah tempat duduk sempit yang memang harus formasi 7-5 tetapi karena dua orang ibu yang baru saja naik di persimpangan jalan tadi yang membuatku risau. "Assalamu'alaykum Ibu.." sapaku akhirnya. Memutuskan untuk mengawali percapakan meski tak ingin. Tadinya aku akan berpura-pura tidak mengenal mereka kalau saja tidak teringat nasihat sindiran dari Bu Nunung dulu. ' Ibu tuh suka heran ya sama alumni-alumni, kakak-kakak kelas kalian. Kalau ketemu di jalan gak pernah nyapa sama guru. Suka pura-pura gak kenal. Padahal walaupun gak ingat nama, kami kenal wajah kalian. '  Kucium kedua tangan ibu guru yang pernah mengajarku sewaktu SD dulu, Bu Nunung dan Bu Julaiha. Sesaat mereka tampak bingung memperhatikan siswi-SMP-tak-dikenal yang tiba-tiba menarik tangan mereka dan menciu

Duka Erdogan, Duka Kami Juga

"Gimana pemilunya? Kamu milih gak?" pertanyaan penuh antusias dari abla yemekhane mengalihkan perhatianku dari nampan. "Pasti pilih dong..!" jawab gadis Turki di sebelahku, tak kalah antusias. Aku bergeser melewati gadis itu. Melihat-lihat menu makanan yang dipajang di etalase kantin malam ini. Tentu saja, tanpa menurunkan intensitas konsentrasi dari pembicaraan mereka. Hari ini adalah hari pemilihan umum (Turki: Genel Secim) anggota parlemen. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi di Turki diliburkan selama 5 hari menjelang pemilu ini. Lama sekali liburnya? Iya, supaya calon pemilih punya waktu untuk pergi ke kotanya sehingga dapat menyalurkan hak pilih serta dapat kembali lagi ke kampus dalam rentang waktu yang diberikan. Mengingat di Turki ada aturan denda sebesar 50TL (sekitar 250rb rupiah) bagi warga negara yang tidak aktif memilih, maka kebijakan libur yang cukup panjang ini menjadi masuk akal. Terlepas dari protes-protes keberatan karena jadwal ujian akh

Gem-Belgia

Sudah terlalu sering jadi gembel, sudah biasa. Indonesia, Turki, dan sekarang Belgia. Jadi apa bedanya? Menggembel saja and keep calm B-). -- Why life is so complicated ?? Iste bu hayat! [ya inilah hidup!]. Sepertinya saya mulai paham atau paham sekali dengan perasaan orang-orang yang menulis status 'complicated' di FB-nya, walaupun konteksnya sedikit berbeda. Hehe.. Kalau kata nasihat klasik, tidak ada yang mudah dan instan dalam hidup ini. Semuanya butuh perjuangan. Apapun. Ya, termasuk perjuangan saya untuk meng-gembel ilmu di Belgia. Hiks. Kabar baik penerimaan thesis-exchange itu masih belum menguap. Tentu saja. Semua orang mendukung kepergianku ke Belgia. Kesempatan yang sangat baik, katanya. Apalagi bagi beberapa orang yang sangat mengharapkan oleh-oleh coklat Belgia di kemudian hari :P. Tenang, kalian juga bagian dari sumber motivasi ;P. Hari ini aku kembali menghadap dosen pembimbing di kampus sekaligus bermaksud menyerahkan beberapa dokumen kepada koordi

Last Episode: Belgium, I'm Coming

Tidak perlu pusing memikirkan hasilnya. Berusaha saja. Berjuang saja. Beramal saja. Sesungguhnya Allah, Ia hanya ingin melihat kesungguhanmu _ -- Seperti biasanya, selepas dhuha dua rakaat aku memendamkan diri di mushala asrama bersama laptop tua sejatiku. Dengan enggan kubuka satu dua jurnal biokimia dari folder. Mencoba menelaah isinya baris demi baris, berharap bisa menuangkan sesuatu pada power point yang harus rampung esok hari. Namun apa daya. Pikiran ini rasanya kosong saja, tidak ada motivasi. Apalagi tenaga. Hampir dua jam aku hanya melongo menatap layar. Sesekali menggeser-geser halaman jurnal, bawah atas daftar pustaka metode atas lagi. Kubuka jendela facebook sebagai pengalih perhatian semata. Mencari alasan untuk beristirahat dari 'kerja' yang tidak pernah benar-benar kukerjakan. Kualihkan pandanganku pada handphone yang juga teronggok sendu di colokan. Lowbat tadi. Maklum baterainya sudah sedikit bocor mungkin jadi minta dicas melulu. Dua jam rasanya su